Melihat dari arti qurban sendiri, adalah mendekatkan diri kepada Alloh SWT, melaksanakan qurban dengan harapan akan lebih dekat dengan-NYA pemilik segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi, jadi, segala motivasi diluar itu harus dienyahkan, demi tercapainya tujuan yang mulia tadi.
Sejarah awal mula disyari'atkannya ibadah qurban adalah dari peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim adalah seorang yang sangat merindukan anak yang sholeh, tercatat dalam Al-Qur'an do'a do'a yang beliau panjatkan untuk mendapat keturunan yang shalih. Nabi Ibrahim mempunyai seorang istri yang bernama Siti Sarah, akan tetapi darinya Nabi Ibrahim tidak mempunyai keturunan, kemudian Istrinya menyarankan kepada Nabi Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar.
Singkat cerita, Siti Hajar pun mengandung anak dari Nabi Ibrahim, melihat Siti Hajar mengandung anak Nabi Ibrahim Siti Sarah pun merasa cemburu, kemudian ia menyarankan agar Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar pergi dari sisinya. Nabi Ibrahim membawa pergi Siti Hajar kesebuah tempat yang sangat tandus, dan atas perintah Alloh Nabi Ibrahim harus meninggalkan Siti Hajar yang sedang ada dalam keadaan hamil tua. Pada mulanya Siti Hajar tidak mau ditinggalkan oleh suaminya yaitu Nabi Ibrahim, akan tetapi setelah tahu bahwa apa yang dilakukan suaminya itu adalah perintah Alloh maka Siti Hajar pun rela ditinggalkan oleh suaminya tercinta. Dengan berat hati Nabi Ibrahim pun meninggalkan istrinya dipadang pasir yang sangat tandus itu seorang diri.
Tiba waktunya melahiran, Siti Hajar pun harus berjuang sendirian, kemudian Ismail pun lahir, dan Ismail mengangis kencang karena tidak mendapati air susu dari ibunya, karena Siti Hajar dalam keadaan lapar dan haus. Kemudian dalam keadaan yang sulit itu pula Siti Hajar rela pergi untuk mencari air demi anaknya, setelah tujuh kali bolak balik antara bukit Shafa dan Marwah, akhirnya perjuangan Siti Hajar tidak sia sia, ia mendapatkan mata air, kemudian ia mengumpulkannya seraya berkata " 'jam 'jam 'jam 'jam" dan berkumpullah air itu. Yang sekarang kita kenal dengan air jam jam.
Ismail pun tumbuh dewasa, kemudian bertemu kembali dengan ayahnya yaitu Nabi Ibrahim. Seakan ujian tiada henti menghapiri Nabi Ibrahim dan keluarganya, perintah Alloh pun datang melalui mimpinya, beliau diperintahkan untuk menyembelih atau mengurbankan anak simata wayangnya yaitu Ismail.
Nabi
Ibrahim menyampaikan kepada Ismail,
إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ
مَاذَا تَرَى
“Sungguh
aku telah bermimpi bahwa aku menyembelih kamu (Ismail), – Aku diperintahkan
agar aku menyembelih kamu, wahai Ismail. – Bagaimana menurutkanmu Ismail? Bapak
gelisah karena mimpi ini.” Ternyata jawaban dari anaknya di luar dugaan. Ia
tidak mengatakan, “Jangan!”, “Tidak mau. Saya tidak mau disembelih.”, atau
“Ayah jahat,” misalnya.
Ternyata jawaban dari Ismail,
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ
اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِين
“Wahai Bapakku, lakukan saja. Aku insya Allah
termasuk orang-orang yang siap dengan sabar menghadapi perintah Allah ini.”
“Jadi pendapatmu seperti itu?” “Iya, itu adalah perintah dari Allah. Lakukan saja,
jangan ragu-ragu. Saya Insya Allah termasuk orang-orang yang sabar dalam
menghadapi ujian seperti ini.”Ismail pun meminta agar ayahnya menajamkan pisau yang akan dipake menyembelihnya, kemudian Nabi Ibrahim membaringkan Ismail, akan tetapi, setelah keduanya (Nabi Ibrahim dan Ismail) berserah diri, Alloh mengganti Ismail dengan Domba yang sangat besar, dan Nabi Ibrahim mendapati ismail disampingnya dalam keadaan yang sangat baik.
Banyak hal yang harus kita ambil hikmah dari kisah ini. Diantaranya adalah, Kita harus menjadikan Siti Hajar sebagai tauladan. Siti Hajar adalah seorang wanita yang shalihah dan melahirkan anak yang shalih, yang patut kita ambil hikmah adalah, jika Ibunya shalihah maka insyalloh akan menghasilkan anak yang shalih dan shalihah juga. Berkaca juga pada seorang anak dari Nabi Nuh, Kan'an namanya, walaupun ia seorang anak Nabi, tapi tidak lantas ia menjadi anak yang shalih, karena apa? karena Kan'an mempunyai ibu yang tidak Shalihah.
Hikmah lain dari kisah ini adalah, bahwa kita sebagai orang tua harus melakukan seperti apa yang dilakukan Nabi Ibrahim terhadap anaknya, Ismail. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya, maka Nabi Ibrahim tidak langsung melakukannnya, akan tetapi beliau terlebih daulu menanyakan bagaimana pendapat Ismail. dan ternyata jawaban Ismail adalah sangat mengejutkan, dia rela disembelih oleh ayahnya, karena itu merupakan perintah Alloh SWT. Dalam artian budaya musyawarah itu harus tetap ada, jangan mentang mentang yang berkuasa lalu bisa bebas melakukan apa saja terhadap bawahannya, disini kita ambil tentang sikap seorang bapak terhadap anaknya.
Semoga saja, dengan mengetahui kisah ini kita bisa menjadi seorang istri dan Ibu yang selalu sabar, dan bisa menjadi tauladan bagi anak anak kita, tentunya sangat berharap anak anak kita menjadi anak anak yang shalih dan shalihah, aamiin.
Semoga bermanfaat,
Wallohu a'lam.
Selasa 8 Oktober 2013 M/3 djulhijjah 1434 H
Umi Sasya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar