
Kini mereka sudah bukan balita lagi, jadi, sangat wajar jika apa yang dikatakan mereka bukan lagi ocehan yang tiada arti. Mereka lebih kritis dengan lingkungan sekitar, terutama mengamati emaknya, hee....
Sungguh, aku sangat kaget, ketika usianya enam tahun, mereka sudah bisa menganalisa apa yang dilakukan atau bahkan bisa menterjemakan apa yang aku rasakan. Seperti biasa, menjelang tidur mereka curhat, cerita apa yang mereka alami seharian, baik disekolah atau yang dialami bersama teman mainnya yang ada dilingkungan rumah.
Dimalam menjelang tidur 10 oktober 2013 ini kaka Sajida tiba tiba bicara, "mama, kaka nggak mau nikah" hahhhh... aku terkejut, kaget campur pengen ketawa, "kenapa kaka nggak mau nikah?" kubalik tanya dia, "iya, kan kalau nikah jadi jauh sama mama" sicantik Sajida menjawab sambil memelukku erat, sejenak kuterdiam mendengar jawaban itu, ada banyak penafsiran dikepalaku yang bersuliweran. Pertama, dia benar benar tidak mau jauh dariku, aku merasa GR, wahhhh, ternyata aku sudah menjadi idola bagi anakku, istilahnya sudah menjadi ibu yang baik menurutnya. Tapi, aku kembali berfikir, jangan jangan, dia ngomong seperti itu karena dia sering menganalisa apa yang aku alami sekarang. Memang semenjak menikah aku sangat jarang pergi menemui ibu tercinta, karena banyak hal yang tidak mungkin aku ungkap satu persatu disini, yang pasti, yang kulakukan ini insyaAlloh yang terbaik.
Dari peristiwa ini, aku sangat sadar sesadar sadarnya, bahwa ibu itu idola bagi anak anaknya, apapun keadaannya. oleh sebab itu, aku benar benar harus pandai menjaga sikap, perasaan, juga pandai merangkai kata untuk mereka anak kembarku yang kini usianya genap enam tahun. Besar harapanku terhadap mereka, semoga mereka menjadi anak yang shalihah, cerdas, selalu sehat, bahagia di dunia dan akhirat. Dan, semoga saja aku selalu bisa memberikan yang terbaik buat mereka, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar