Motivasi, Mimpi, dan Menjelma Jadi Dua Bidadari
Sudah menjadi sunnatulloh, bahwa setiap manusia memiliki
kesenangan terhadap harta, tahta, dan semua kenikmatan yang ada di dunia,
termasuk memiliki anak yang sangat dinanti oleh setiap pasangan suami istri.
Adalah aku seorang istri yang sangat menanti kehadiran sibuah hati,
dua tahun usia pernikahanku belum juga diamanahi buah hati, memang, diawal
pernikahan kami sepakat untuk menunda dulu kehamilan, mengingat aku masih duduk
dibangku kuliah semester enam, tapi kami tidak mau menggunakan alat kontrasepsi
apapun, alhasil, kami mensiasatinya dengan cara alami saja.
Tidak lama setelah pernikahan, kuliah S1 sudah bisa kuselesaikan
dengan IP yang cukup tinggi 3,7. Setelah selesai kuliah S1 niatku fokus pada program momongan, bulan demi bulan penantian
itu tidak kunjung menghampiriku, sunyi, sepi, di rumah cuma kami berdua,
walaupun adik iparku tinggal bersamaku, tapi dia jarang sekali di rumah, karena
bekerja di pabrik dari pagi sampai larut malam. Suatu hari aku mengajukan
permohonan pada suamiku, bahwa aku mau bekerja sebagai pengajar honorer disuatu
SDIT yang tidak terlalu jauh dari rumah
kami. Tapi, suamiku tidak mengizinkan aku bekerja, “daripada bekerja lebih baik
lanjutkan saja kuliah kejenjang S2” jawab suamiku.
![]() |
(foto zaman kuliiah) |
Segala usaha kulakukan demi mendapatkan anak yang diidam idamkan,
dari mulai periksa ke dokter kandungan, rutin berolahraga, minum pelangsing,
penyubur yang alami atau obat penyubur resep dari dokter kandungan kuminum
setiap hari. Bahkan aku pernah minum pil kb 6 pil sekaligus, karena katanya pil
kb adalah berfungsi sebagai penyubur juga. Demi keinginan mempunyai anak,
setiap pagi kurela menelan kuning telur ayam kampung yang mentah, kucoba
menyukai makanan yang asalnya sangat tidak kusukai, tauge misalnya, setiap beli
bakso aku hanya memesan bakso + tauge saja. Bahkan, setiap seminggu sekali aku
rutin pergi ke tukang urut untuk menggeser rahimku yang katanya ada diatas, dan
harus diturunkan supaya proses pembuahan
terjadi dengan cepat. Hal seperti itu kulakukan selama tiga bulan.
Haid yang tidak beraturan makin membuatku tidak begitu yakin
disetiap aku telat haid bahwa aku positif hamil, karena seringkali haidku
telat, bahkan pernah 2 bulan aku tidak haid tapi tidak positif hamil juga. Pagi
itu aku mencoba mengetes urinku dengan tespek yang selalu tersedia, saat aku
melihat tespek bergaris dua sungguh aku sangat bahagia girang tak terkira, Alhamdulillah,
penantianku kini sudah didepan mata, aku langsung memberitahu suamiku, bahwa
aku positif hamil, suami pun senang tak terkira.
Sore hari kami langsung bergegas ke dokter untuk memeriksa
kandunganku, ketika diruang tunggu, aku semakin tidak sabar untuk cepat melihat
janin yang ada dirahimku. Tiba giliranku yang masuk ke ruang periksa, akupun
berbaring dengan didampingi suami yang sumringah menemani disampingku, saat USG,
subhanalloh, kebahagiaan itu makin bertambah saat melihat dilayar komputer
tampak dua bulatan kecil, Dokter tersenyum dan langsung memberikan selamat pada
kami berdua, kemudian memberitahu bahwa janin yang ada dalam rahimku bukan satu,
tapi dua janin alias kembar, walau usia kandunganku masih 6 minggu tapi
terlihat dilayar komputer bahwa dirahimku ada dua bulatan, kata dokter, janin
yang aku kandung kembar, tapi bukan kembar identik, jadi bisa ketahuan dari
awal kehamilan. Betapa bahagianya aku dan suamiku ketika itu, bagaimana tidak, hampir
tiga tahun penantian kami untuk mendapatkan anak, tiba tiba Allah memberi kami
dua sekaligus, Maha Suci Alloh yang telah menjadikan segala sesuatu dengan
desain terindah.
![]() |
(USG pertama kali) |
Sebelum aku tahu bahwa aku positif hamil, aku pernah bermimpi melihat
dua merpati putih menghampiriku, dan saat melihat hasil USG, akupun teringat
akan mimpiku itu, mungkin itu adalah isyarat kepadaku, bahwa aku akan mempunyai
anak kembar, alhamdulillah, segala puji bagi Alloh yang telah memberi
karunia yang tak ternilai harganya. Bukan hanya aku dan suamiku yang bahagia
atas kehamilanku, keluarga dari kedua belah pihak pun ikut bahagia, apalagi aku
mengandung anak kembar, setelah sebelumnya menanti hampir tiga tahun lamanya.
Mengingat aku sedang menjalani kuliah Pasca Sarjana, maka aku harus
bulak balik ke kampus setiap hari yang jaraknya lumayan jauh, belum lagi di
kampus aku harus naik turun tangga untuk mengikuti perkuliahan, aku pun
diberikan penguat janin oleh Dokter kandunganku. Aku menjalani kulaih Pasca Sarjanaku
sambil mengandung anak kembarku, alhamdulillah teman sekelasku pada baik
semua, tak jarang aku dipapah menaiki tangga sama teman teman, mengingat janin
yang ada dirahimku kembar dua, otomatis perutku lebih besar daripada mereka yang mengandung janin satu saja.
Ketika di kelas, kehamilanku selalu jadi sorotan teman teman,
ketika giliranku mempresentasikan makalah dengan menggunakan infokus, teman
teman sering berceloteh “mau USG bu?” hehe,
dan kehamilan anak kembarku tidak luput dari perhatian Profesor yang jadi
dosenku, bahkan suatu hari pernah ada seorang Professor yang mendo’akan
kehamilanku, bahkan beliau sambil memegang perutku, semoga saja anak kembarku
sepintar dan secerdas beliau, aamiin.
Tujuh bulan dua minggu kumengandung mereka, aku harus melahirkan
lebih awal, karena kandunganku tidak begitu kuat, kata Dokter, “Ibunya pendek,
sedangkan dua janin yang ada diperutku tinggi tinggi” yang pasti, sudah harus
seperti itu, walaupun prematur (kakaknya
hanya 1,5 kg, dan adiknya 1,8 kg) tapi alhamdulillah lahir dengan
normal, walau sebelumnya aku harus menjalani perawatan selama empat hari,
diifus, disuntik minum obat untuk enguatkan paru paru yang ada dalam perutku.
Begitupun pasca kelahiran, aku mengalami pendarahan yang sangat
hebat, bahkan Dokter yang menanganiku dan dua bidan juga empat suster terlihat
panik waktu itu, mereka menyimpan es diatas perutku, mengganti tampon berkali
kali dan lain sebagainya. Selain sibuk mengurusku, suster juga harus cepat mengurus
bayi kembar yang kulahirkan, karena prematur, maka harus bertindak dengan
cepat, tidak dimandiin, hanya dibersiin pake minyak dan langsung dimasukin ke
inkubator.
![]() |
(Sajida dan Syakira usia lima bulan) |
Kunamai mereka Sajida dan Syakira Detria Maida, yang berasal dari
kata sujud syukur, sebagai tanda syukurku kepada-NYA. Atas karunia yang indah
ini. Dan semoga mereka menjadi ahli ibadah dan orang yang pandai bersyukur,
menjadi orang yang ulet dan gigih juga pantang menyerah dalam menghadapi
kehidupan ini, aamiin.
![]() |
(Sajida dan Syakira sekarang) |
Kisah ini tidak mungkin terlupakan, kini bidadari bidadari itu
sudah berusia lima tahun tujuh bulan, semoga kami bisa mengemban amanah-NYA
dengan baik, mudahkan kami dalam memenuhi segala kebutuhannya, lancarkan usaha
yang dijalankan suamiku untuk menafkahi keluarga kecil ini, dan mudahkan aku
dalam membimbing anak anakku, karena aku tahu betul bahwa “alummu madrosatul
uula” ibu adalah sekolah pertama bagi anak anaknya. Kini mereka sekolah
ditaman kanak kanak, aku bangga memilikinya. Sungguh, mereka adalah karunia yang
tak ternilai harganya.
Bagi anda yang belum kunjung dikaruniai anak, bersabarlah, tapi,
sabar bukan berarti diam, maksimalkan usaha dan iringi dengan do’a, jika
langsung dikasih alhamdulillah, dan jika masih harus menanti, maka
yakinlah, bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kita pasti ada hikmah dibalik
semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar