Tahun pauntun untun, bulan paanjang anjang, minggu patunggu
tunggu, poe pageye geye, jam paantai antai, menit paciwit ciwit, Seakan baru
kemarin kita melaksanakan ibadah di bulan ramadlan, tiada terasa tinggal
beberapa hari lagi kita akan bertemu dengan bulan yang sangat mulia itu.
Dan itulah perjalanan waktu, “yang
paling ajaib dari semua yang ajaib” adalah perjalanan waktu. Semoga kita dapat
berjumpa dengan bulan yang penuh berkah itu, dan kita bias menjalankan ibadah
dengan ikhlas, dan yang pasti kita bisa menjalankannya dengan penuh
kesungguhan.
Tidak jarang terdengar perselisihan yang seharusnya tidak
perlu kita selisihkan, terutama dalam pelaksanaan ibadah, khususnya ibadah di
bulan Ramadlan salah satunya Shalat tarawih, ada yang melaksanakan 8 raka’at
ada juga yang 20 raka’at, mestinya tidak usah diperselisihkan, karena itu
adalah ibadah sunnah, yang mau melaksanakan silahkan, dan tentu akan mendapat
pahala, dan yang tidak pun tidak akan mendapat siksa. Yang melaksanakan 8 raka’at
tentu mmempunyai dalil, pun dengan mereka yang melaksanakan 20 raka’at.
Islam bukan agama pertama yang ka yang menyentuh Negara kita
tercinta Indonesia, Islam datang melalui mereka pedagang yang sangat berjasa
menularkannya kepada kita, pada waktu itu berbagai budaya banyak digemari oleh
bangsa Indonesia, wayang misalnya, atau lagu lagu khas seperti kidung atau
apalah saya kurang begitu faham, kemudian Islam diselipkan dibudaya budaya
tersbut dengan tujuan supaya bangsa Indonesia sedikit demi sedikit menyenangi
Islam, kemudian ada seseorang yang kritis terhadap kejadian itu dan
membenahinya, dari situ mulai bermunculan organisasi organisasi Islam, yang
kini menjadi ruwet, banyak perbedaan, dan tak jarang menjadi persilisihan,
padahal sama sama organisasi Islam. Kalau saya boleh protes, mending organisasinya
satu ajah deh, ISLAM.
Okay, sekarang gini
ajah dech, kepala sama berambut, otak berlainan, tutur kata boleh beda,
pemahaman boleh tidak sama, tapi Aqidah harus tetap sama ukhuwah kita jalin
selamanya.
Yuk, disimak sekilas tentang penjelasan shalat tarawih.
Shalat tarawih adalah bagian dari pada Qiyamu Ramadlan.
Karena itu, mari kita lakukan ibadah shalat tarawih dengan sungguh-sungguh dan
memperhatikannya serta mengharapkan pahala dan balasan dari Allah swt, Karena
Malam Ramadlan adalah kesempatan yang terbatas bilangannya dan orang mu’min
yang berakal akan memanfaatkannya dengan baik tanpa ada yang terlewatkan.Jangan
sampai kalian meninggalkan shalat tarawih, jika ingin memperoleh pahala shalat
tarawih. Dan jangan pula kembali dari shalat tarawih sebelum imam selesai
darinya dan dari shalat witir, agar mendapatkan pahala shalat semalam suntuk.
Hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW: “Barangsiapa mendirikan shalat malam
bersama imam sehingga selesai, dicatat baginya shalat semalam suntuk”. (HR.
Sunan, dengan sanad shahih).
Hukum Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat yang dilakukan khusus pada
malam bulan Ramadlan yang dilaksanakan setelah shalat Isya’ dan sebelum sholat
witir.
Hukum melaksanakan shalat tarawih adalah sunnah bagi kaum
laki-laki dan kaum hawa (perempuan), karena tarawih telah dianjurkan beliau
Nabi Muhammad saw kepada ummatnya.
Shalat tarawih merupakan salah satu syi’ar dibulan Ramadlan
yang penuh berkah, keagungan dan keutamaan disisi Allah swt. Sebagaimana termaktub
dalam Hadist Nabi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Abi Hurairah ra: sesungguhnya Rasulullah SAW
telah bersabda; “Barang siapa yang melakukan ibadah (shalat tarawih) di bulan
Ramadlan hanya karena iman dan mengharapkan ridlo dari Allah, maka baginya
diampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan sabda Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ
أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيهِ بِعَزِيمَةٍ فَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra: Rasulullah SAW menggemarkan
shalat pada bulan Ramadlan dengan anjuran yang tidak keras. Beliau berkata:
“Barang siapa yang melakukan ibadah (shalat tarawih) di bulan Ramadlan hanya
karena iman dan mengharapkan ridla dari Allah, maka baginya di ampuni
dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR: Muslim).
Maksud kata “Qoma Ramadlan” dalam hadist di atas adalah
melaksanakan ibadah untuk menghidupkan malamnya bulan Ramadlan dengan cara
melaksanakan shalat tarawih, dzikir, membaca al-Qur’an dan ibadah-ibadah sunnah
lainnya sebagaimana yang dianjurkan beliau Nabi saw. Dan orang-orang yang
melakukannya dengan didasari iman dan mengharapkan keridlo’an Allah, maka Allah
swt akan mengampuni dosa-dosa kecilnya yang telah lewat.
Sejarah Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat yang dilakukan hanya pada bulan
Ramadlan, dan shalat tarawih ini dikerjakan Nabi pada tanggal 23 Ramadlan tahun
kedua hijriyyah, namun pada masa itu beliau mengerjakan shalat tarawih tidak di
masjid terus menerus, kadang di masjid, kadang mengerjakannya di rumah.
Sebagaimana dalam Hadist:
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ
لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ
فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ
فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا
أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ
إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ
(رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Dari ‘Aisyah Ummil Mu’minin ra: sesungguhnya
Rasulullah SAW pada suatu malam hari sholat di masjid, lalu banyak orang sholat
mengikuti beliau, beliau sholat dan pengikut bertambah ramai (banyak) pada hari
ke-Tiga dan ke-empat orang-orang banyak berkumpul menunggu beliau Nabi, tetapi
Nabi tidak keluar (tidak datang) ke masjid lagi. Ketika pagi-pagi, Nabi
bersabda: “sesungguhnya aku lihat apa yang kalian perbuat tadi malam. Tapi aku
tidak datang kemasjid karena aku takut sekali kalau sholat ini diwajibkan pada
kalian”. Siti ‘Aisyah berkata: “hal itu terjadi pada bulan Ramadlan”. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Hadist ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW memang pernah
melaksanakan sholat tarawih, pada malam hari yang ke-dua beliau datang lagi
mengerjakan sholat dan pengikutnya tambah banyak. Pada malam yang ketiga dan
ke-empat Nabi tidak datang ke masjid, dengan alasan bahwa beliau takut sholat
tarawih itu akan diwajibkan Allah, karena pengikutnya sangat antusias dan
bertambah banyak, sehingga hal ini ada kemungkinan beliau berfikir, Allah sewaktu-waktu akan menurunkan wahyu
mewajibkan sholat tarawih kepada ummatnya, karena orang-orang Muslimin sangat
suka mengerjakannya. Jika hal ini terjadi tentulah akan menjadi berat bagi
ummatnya. Atau akan memberikan dugaan kepada ummatnya, bahwa sholat tarawih
telah diwajibkan, karena sholat tarawih adalah perbuatan baik yang selalu
dikerjakan Nabi, sehingga ummatnya akan menduga sholat tarawih adalah wajib.
Hal ini sebagaimana keterangan dibawah ini:
أَنَّهُ إِذَا وَاظَبَ عَلَى شَيْء مِنْ
أَعْمَال الْبِرّ وَاقْتَدَى النَّاس بِهِ فِيهِ أَنَّهُ يُفْرَض عَلَيْهِمْ اِنْتَهَى
Artinya: “Sesungguhnya Nabi ketika menekuni sesuatu dari
amal kebaikan dan diikuti ummatnya, maka perkara tersebut telah diwajibkan atas
ummatnya”.
Langkah bijaksana dan sangat sayangnya Nabi saw kepada
ummatnya. Pada hadist di atas dapat ditarik kesimpulan:
1)
Nabi melaksanakan shalat
tarawih berjama’ah di Masjid hanya dua malam. Dan beliau tidak hadir
melaksanakan shalat tarawih bersama-sama di masjid karena takut atau khawatir
shalat tarawih akan diwajibkan kepada ummatnya.
2)
Shalat tarawih hukumnya
adalah sunnah, karena sangat digemari oleh Rasulullah dan beliau mengajak
orang-orang untuk mengerjakannya.
3)
Dalam hadist di atas tidak
ada penyebutan bilangan roka’at dan ketentuan roka’at shalat Tarawih secara
rinci.
Jumlah Roka’at Shalat Tarawih Pada Masa Sahabat Abu Bakar
Dan Umar Ra.
Shalat tarawih adalah bagian dari shalat sunnah
Al-Mu’akkadadah (sholat sunnah yang sangat disunnahkan). sedangkan roka’at
shalat tarawih adalah 20 roka’at tanpa witir, sebagaimana yang telah dikerjakan
sahabat Umar dan mayoritas sahabat lainnya yang sudah disepakati oleh umatnya,
baik ulama’ salaf atau ulama’ kholaf mulai masa sahabat Umar sampai sekarang
ini, bahkan ini sudah menjadi ijma’ sahabat dan semua ulama’ madzhab, Syafi’I,
Hanafi, Hanbali dan mayoritas Madzhab Maliki, karena dalam Madzhab Malikyi ini
masih ada khilaf, seperti hadist yang diriwayatkan dari Imam Malik bin Anas ra,
Imam darul Hijroh Madinah yang berpendapat bahwa shalat tararawih itu lebih
dari 20 roka’at sampai 36 roka’at. Adapun hadist Malik bin Anas adalah
sebagaimana berikut: Beliau berkata; “Saya dapati orang-orang melakukan ibadah
malam di bulan Ramadlan “yakni shalat tarawih” dengan tiga puluh sembilan
roka’at yang tiga adalah sholat Witir”.
Dan Imam Malik sendiri memilih 8 rokaat namun secara
mayorits Malikiyyah yaitu sesuai dengan pendapat mayoritas Syafi’iyyah,
Hanabilah dan Hanafiyyah yang telah sepakat bahwa shalat tarawih adalah 20
roka’at, hal ini merupakan pendapat yang lebih kuat dan sempurna ijma’nya.
Shalat Tarawih Pada Masa Sahabat Abu Bakar Ra.
Shalat tarawih Pada masa Kholifah Abu Bakar ra. Umat Islam
melaksanakan shalat sendiri-sendirian atau berkelompok ada 3 ada 4 dan ada yang
6 orang.
Pada masa kholifah Abu Bakar shalat tarawih dengan satu imam
di masjid belum ada, sehingga pada masa tersebut roka’at shalat tarawihpun
belum ada ketetapan yang secara jelas, karena para shahabat ada yang
melaksanakan shalat 8 roka’at kemudian menyempurnakan di rumahnya seperti pada
keterangan di awal.
Shalat Tarawih Pada Masa Sahabat Umar Ra.
Setelah Umar
mengetahui umat Islam shalat tarawih dengan sendiri-sendirian, barulah muncul
dalam pikirannya untuk mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan shalat
tarawih di dalam masjid dengan satu imam, sebagaimana keterangan dibawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا النَّاسُ فِي رَمَضَانَ يُصَلُّونَ
فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ مَا هَؤُلَاءِ ؟ فَقِيلَ: هَؤُلَاءِ نَاسٌ لَيْسَ
مَعَهُمْ قُرْآنٌ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ يُصَلِّي وَهُمْ يُصَلُّونَ بِصَلَاتِهِ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَابُوا وَنِعْمَ مَا صَنَعُوا (رواه
أبو داود)
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra, beliau berkata: “Rasulullah
saw keluar di bulan Ramadlan, beliau melihat banyak manusia yang melakukan
shalat tarawih di sudut masjid, beliau bertanya, “Siapa mereka?” kemudian di
jawab: “Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai al-Qur’an (tidak bisa
menghafal atau tidak hafal al-Qur’an), dan sahabat Ubay bin Ka’ab sholat
mengimami mereka, lalu Nabi berkata: “benar mereka itu, dan sebaik-baiknya
perbuatan adalah yang mereka lakukan”. (HR: Abu Dawud).
Kemudian Sahabat Umar berinisiatif mengumpulkan para sahabat
shalat Tarawih dalam satu Masjid dengan satu imam. Sebagaimana keterangan:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ
أَنَّهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَيْلَةً
فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي
الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ
عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ
ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً
أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ
هَذِهِ (رواه البخاري)
Artinya: “Dari ‘Abdirrohman bin ‘Abdil Qori’ beliau berkata;
“Saya keluar bersama Sayyidina Umar bin Khatthab ra ke Masjid pada bulan
Ramadlan. (Didapati dalam masjid tersebut) orang yang shalat tarawih
berbeda-beda. Ada yang shalat sendiri-sendiri dan ada juga yang shalat
berjama’ah”. Lalu Sayyidina Umar berkata: “Saya punya pendapat andai kata
mereka aku kumpulkan dalam jama’ah satu imam, niscaya itu lebih bagus”. Lalu
beliau mengumpulkan kepada mereka dengan seorang imam, yakni shohabat Ubay bin
Ka’ab. Kemudian satu malam berikutnya, kami datang lagi ke masjid. Orang-orang
sudah melaksanakan sholat tarawih dengan berjama’ah di belakang satu imam. Umar
berkata: “sebaik-baiknya bid’ah adalah ini (shalat tarawih dengan berjama’ah)”.
(HR: Bukhari).
Dari sini sudah sangat jelas bahwa pertama kali orang yang
mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan tarawih dengan cara berjama’ah
adalah sahabat Umar ra, sedangkan jama’ah shalat tarawih pada waktu itu
dilakukan dengan 20 roka’at. Sebagaimana keterangan:
عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ , قَالَ: كَانَ
النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَنِ عُمَرَرضي الله عنه فِي رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ
رَكْعَةً (رواه مالك)
“Dari Yazid bin Ruman
telah berkata: “Manusia senantiasa melaksanakan shalat (tarawih) pada masa Umar
ra di bulan Ramadlan sebanyak 23 rokaat“. (HR. Malik)
Yang dimaksud 23 roka’at adalah, melaksanakan shalat Tarawih
20 roka’at dan witir. Dengan bukti hadist yang diriwayatkan Sa’ib bin Yazid:
عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ: كَانُوا
يَقُومُونَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ
بِعِشْرِينَ رَكْعَةً (راه البيهقي وَصَحَّحَ إِسْنَادَهُ النَّوَوِيُّ وَغَيْرُهُ)
Artinya: “Dari Saaib bin Yazid berkata: “para sahabat
melaksanakan shalat (tarawih) pada masa Umar ra di bulan Ramadlan sebanyak 20
roka’at”. (HR. Al-Baihaqi).
Dua dalil di atas sangat jelas sekali menjelaskan jumlah
bilangan shalat tarawih 20 roka’at, dalil tersebut juga dikuatkan dengan
perilaku para shahabat yang telah mengikutinya bahkan Sayyidah ‘Aisyahpun juga
mengikuti, hal ini telah menunjukkan menjadi ijma’ sahabat karena tiada satu
orangpun yang mengingkari atau menentang, begitu juga para ulama’ empat madzhab
atau madzhab lainnya. Jadi shalat tarawih 20 roka’at ini sangat jelas dan harus
kita ikuti karena ini adalah sunnah Khulafa’ur Rosyidin yang harus kita ikuti,
dan Sayyidina Umar adalah juga salah satu sahabat yang telah diakui
kebenarannya oleh Nabi. Sebagaimana sabda Nabi:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ
عُمَرَ وَقَلْبِهِ (رواه الترمذي)
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan kebenaran
melalui lisan dan hati umar”. (HR. Turmudzi).
Dan Hadist Nabi SAW:
وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ
مِنْ بَعْدِي عُضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ (أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ
وَابْنُ مَاجَهْ وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ وَقَالَ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ)
Artinya: “Dan sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda:
“maka ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafaur Rosyidin yang mendapatkan
pentunjuk setelah aku meninggal, maka berpegang teguhlah padanya dengan erat”.
Dan Hadist Nabi SAW:
عَنْ حُذَيْفَةُ هُوَ الَّذِي يَرْوِي عَنْ
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِقْتَدُوا بِاَللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي
أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ ( أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَسَنٌ)
Artinya: “Dari Hudzaifah ra ia berkata, Rasulullah SAW telah
bersabda; “ikutilah dua orang setelahku, yakni abu bakar dan ‘Umar”. (HR.
Turmudzi).
Shalat Tarawih Menurut Pandangan Ulama’
فَذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ – مِنْ
الْحَنَفِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ وَبَعْضِ الْمَالِكِيَّةِ إلَى
أَنَّ التَّرَاوِيحَ عِشْرُونَ رَكْعَةً لِمَا رَوَاهُ مَالِكٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ
وَالْبَيْهَقِيُّ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ مِنْ قِيَامِ النَّاسِ فِي زَمَانِ
عُمَرَ رضي الله تعالى عنه بِعِشْرِينَ رَكْعَةً وَجَمَعَ عُمَرُ النَّاسَ عَلَى هَذَا
الْعَدَدِ مِنْ الرَّكَعَاتِ جَمْعًا مُسْتَمِرًّا قَالَ الْكَاسَانِيُّ: جَمَعَ عُمَرُ
أَصْحَابَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي شَهْرِ رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ
كَعْبٍ رضي الله تعالى عنه فَصَلَّى بِهِمْ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِ
أَحَدٌ فَيَكُونُ إجْمَاعًا مِنْهُمْ عَلَى ذَلِكَ. وَقَالَ الدُّسُوقِيُّ وَغَيْرُهُ:
كَانَ عَلَيْهِ عَمَلُ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ. وَقَالَ ابْنُ عَابِدِينَ: عَلَيْهِ
عَمَلُ النَّاسِ شَرْقًا وَغَرْبًا. وَقَالَ عَلِيٌّ السَّنْهُورِيُّ: هُوَ الَّذِي
عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ وَاسْتَمَرَّ إلَى زَمَانِنَا فِي سَائِرِ الْأَمْصَارِ وَقَالَ
الْحَنَابِلَةُ: وَهَذَا فِي مَظِنَّةِ الشُّهْرَةِ بِحَضْرَةِ الصَّحَابَةِ فَكَانَ
إجْمَاعًا وَالنُّصُوصُ فِي ذَلِكَ كَثِيرَةٌ. (الموسوعة الفقهية . ج 27 ص 142)
Artinya: “Maka menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama’
Hanafiyyah, Syafi’iyyah, Hanabillah, Dan sebagian malikiyyah, bahwa shalat
tarawih adalah 20 roka’at, karena pada hadist yang telah diriwayatkan Malik bin
Yazid bin Ruman dan Imam al-Baihaqyi dari Saib bin Yazid tentang shalatnya umat
Islam di masa Sayyidina Umar bin Khatthab ra dengan 20 roka’at, dan Umar
mengumpulkan manusia untuk melakukan tarawih 20 roka’at dengan jama’ah
(golongan) yang terus menerus sampai sekarang. Imam As-Sakakyi berkata: Umar
telah mengumpulkan para sahabat Rasulullah saw pada Ubay bin Ka’ab ra, kemudian
Ka’ab sholat mengimami mereka 20 roka’at, dan tidak ada satu orang pun yang
mengingkarinya, maka hal itu sudah menjadi ijma’ (kesepakatan) mereka. Dan Imam
Ad-Dasukyi berkata: dan itu yang dilakukan shohabat dan tabi’in, dan Imam Ibnu
‘Abidin berkata: itu adalah yang dilakukan manusia mulai dari bumi timur sampai
bumi barat, dan ‘Ali As-Sanhuryi berkata: itu adalah yang dilakukan manusia sejak
dulu sampai masaku dan masa yang akan datang selamanya, dan berkata ulama’
Hanabilah: “ini telah yaqin terkenal (mashur) di masa para sahabat, maka ini
merupakan ijma’ dan banyak dalil-dali Nash yang menjelaskanya.
Imam Ibnu Taimiyyah dan Syekh ‘Abdullah bin Muhammad bin
‘Abdil Wahab juga menegaskan sebagaimana berikut:
Keterangan yang terdapat dalam sebuah kitab “Tashhih
Hadistis Sholah At-Tarawih Isriina Roka’ah “ . Imam ibnu Taimiyyah juga sepakat
dan berpendapat, bahwa rok’at shalat tarawih 20 rika’at, dan beliau menfatwakan
sebagaimana berikut, Artinya: Imam Ibnu Taimiyyah berkata dalam fatwanya,
“Telah terbukti bahwa sahabat bin Ubay bin Ka’ab mengerjakan sholat Ramadlan
bersama-sama orang pada waktu itu sebanyak 20 roka’at, lalu mengerjakan Witir 3
roka’at, kemudian mayoritas Ulama’ mengatakan bahwa itu adalah sunnah. Karena
pekerjaan itu dilaksanakan di tengah-tengah kaum Muhajiriin dan Anshor, dan
tidak ada satupun diantara mereka yang menentang atau melanggar perbuatan itu”.
Dan di dalam kitab “Majmu’ Fatawyi Al-Najdiyyah” diterangakan tentang jawaban
Syekh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahab tentang bilangan roka’at shalat
tarawih. Ia mengatakan bahwa setelah sahabat Umar mengumpulkan manusia untuk
melaksanakan shalat berjama’ah kepada sahabat Ubay bin Ka’ab, maka sholat yang
mereka lakukan adalah 20 roka’at”.
Niat Shalat Tarawih
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ
مَأْمُوْمًا / إِمَامًا للهِ تَعَالَى. الله أكبر….
Doa Setelah Sholat Tarawih
اَللَّهُمَّ
اجْعَلْنَا بِاْلإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ وَلِفَرَائِضِكَ مُؤَدِّيْنَ وَلِلصَّلاَةِ
حَافِظِيْنَ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ وَلِعَفْوِكَ
رَاجِيْنَ وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّهْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِي الدُّنْيَا
زَاهِدِيْنَ وَفِي اْلأَخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَآءِ رَاضِيْنَ وَلِلنَّعْمَاءِ
شَاكِرِيْنَ وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ وَتَحْتَ لِوَآءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَإِلَى الْحَوْضِ
وَارِدِيْنَ وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ وَعَلَى سَرِيْرَةِ
الْكَرِيْمَةِ قَاعِدِيْنَ وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتِبْرَقٍ
وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ
مُصَفًّى شَارِبِيْنَ بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ
أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ
وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. دَعْوَاهُمْ فِيْهَا سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلاَمٌ وَأَخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ للهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِيْ لَيْلَةِ هَذَا الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ
الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَآءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ
الْمَرْدُوْدِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا وُضُوْئَنَا وَصَلاَتَنَا وَقِيَامَنَا
وَقِرَائَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا
وَتَمْجِيْدَنَا وَخُشُوْعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَلاَ تَضْرِبْ بِهَا وُجُوْهَنَا يَا
إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَيَا خَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ وَالْحَمْدُ
للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
Niat Sholat Witir
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ
إِمَامًا / مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى. الله أكبر ….
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً إِمَامًا
/ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى. الله أكبر ….
Dzikir Setelah Shalat Witir
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ×3 . سُبُّوحٌ
قُدُّوسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوحِ.
Doa Setelah Shalat Witir
اَللَّهُمَّ
إنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ
بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ:
اللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ أَهْلَ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَصُدُّونَ
عَنْ سَبِيلِك , وَيُكَذِّبُونَ رَسُولَكَ، وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَاءَكَ، وَيَدِيْنُوْنَ
دِينًا غَيْرَ دِينِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ , وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ، وَاجْعَلْ
فِي قُلُوبِهِمْ الْإِيمَانَ وَالْحِكْمَةَ، وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُولِكَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوا بِعَهْدِك الَّذِي عَاهَدَتْهُمْ
عَلَيْهِ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّك وَعَدُوِّهِمْ إلَهَ الْحَقِّ فَاجْعَلْنَا
مِنْهُمْ. (اللَّهُمَّ إنَّك عَفْوٌ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا يَاكَرِيمْ
×3)
Bandung, 19 Sya’ban 1434 H
Umi Sasya (Eunis Khoerunnisa)
(Diambil dari Berbagai Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar